BERITA PANGANDARAN.ruber.id – Tahmo Cahyono, warga di Kabupaten Pangandaran ini berhasil menyulap area lahan tempat pembuangan sampah jadi perkebunan anggur yang menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Warga Dusun Cihideung, Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran ini menginisiasi pembuatan kebun anggur lantaran potensinya yang tinggi.
Tahmo mengatakan, buah anggur yang dijual di toko-toko Pangandaran ternyata dipasok dan bukan dari Pangandaran.
“Seperti di warung buah-buahan, hotel dan restoran itu dipasok dari luar daerah. Maka saya ingin mencoba memenuhi peluang itu,” kata Tahmo saat ditemui di kebun anggurnya belum lama ini.
Berbekal kondisi itu, Tahmo mulai mencari lahan untuk dijadikan kebun. Pria 50 tahun ini lantas kepincut dengan lahan kosong di samping pesawahan yang sehari-hari dijadikan tempat pembuangan sampah.
“Setelah saya tanyakan, ternyata lahan itu milik paman saya. Tahun 2021 saya mulai membersihkan lokasi itu, luasnya 140 meter persegi,” ujarnya.
Selain melihat potensi peluang usaha, Tahmo juga ternyata menyukai buah anggur. Tak hanya eksotis, buah yang kerap berwarna ungu ini juga kaya akan manfaat.
Dari segi ekonomi, Tahmo mengaku buah anggur memiliki nilai jual yang stabil. Saat ini, harga jual buah anggur Rp50.000 per kilogramnya. Harga itu tidak pernah turun, malah bisa naik.
Pembeli Bisa Petik Sendiri di Kebun Anggur
Selain menjual keluar, Tahmo juga menyediakan fasilitas petik sendiri. Ada tarif Rp100.000 per kilogram bagi warga yang ingin mencoba memetik sendiri buah anggur di kebun.
“Tergantung jenis buah yang dipetiknya, ada yang sampai Rp150.000 per kilogramnya,” tuturnya.
Meski bekas tempat pembuangan sampah, Tahmo mengaku kebunnya subur. Sekali panen, kata dia, bisa mencapai 1 kwintal buah anggur.
“Kami memang sasar target komoditi anggur memenuhi pasar yang ada di Pangandaran. Kami kembangkan juga budidaya anggur.”
“Inovasi produk unggulan komoditas anggur pertama di Pangandaran dengan berbagai jenis anggur,” sebutnya.
Adapun jenis anggur yang dibudidayakan, di antaranya anggur Galunggung 01, Sansekerta, Jubil, Ninel dan Gospi.
“Tapi yang jadi unggulan anggur kami berjenis Galunggung 01 dan Sansekerta. Beda dengan anggur lainnya, rasa dan bentuk yang membedakannya,” ucapnya.
Untuk omset, Tahmo mengaku bisa mencapai puluhan juta rupiah sekali panen ditambah dari yang beli langsung ke kebun.
“Hitung saja, sekali panen kan bisa sampai satu kwintal, sedangkan 1 kilogramnya Rp50.000,” kata Tahmo.