Asep Ahmad Maoshul Affandy Sebut Minat Tani di Kalangan Muda Belum Tumbuh

asep maoshul affandy
Anggota DPR RI Komisi IV Asep Ahmad Maoshul Affandy.

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Anggota DPR RI Komisi IV KH Asep Ahmad Maoshul Affandy dari Daerah Pemilihan (Dapil) Pangandaran, Ciamis, Banjar dan Kuningan menyebutkan minat tani di kalangan muda belum tumbuh.

“Petani di Indonesia hari ini di atas 45 tahun, itu berarti minat tani di kalangan muda belum tumbuh,” kata Asep Maoshul dalam kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Petani dan Pelaku Usaha Hortikultura yang digelar di Pangandaran, Minggu (19/6/2022).

Asep mengaku, dirinya teringat pesan ayahnya seorang ulama terkemuka yaitu KH Choer Affandi yang berpesan harus mau bercocok tanam supaya bisa memetik hasil. Dan jika banyak hasilnya bisa membagi kepada orang lain.

Baca juga:  Gedung BLUD Puskesmas Sindangwangi Diresmikan, Bupati Pangandaran: Bentuk Keseriusan Pemkab

Menurutnya, sektor pertanian di Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Mulai dari populasi penduduk yang terus meningkat, ketersediaan lahan yang semakin berkurang.

Kemudian perubahan iklim, produktivitas tanaman yang menurun, Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian yang terbatas, regulasi, hingga masalah kesejahteraan petani.

“Dari segi SDM usia petani di Indonesia hari ini di atas 45 tahun. Itu berarti minat tani di kalangan muda belum tumbuh,” ujarnya.

Asep menuturkan, santri dan tani tidak dapat dipisahkan. Maka dirinya sebagai kalangan santri menginisiasi terbentuknya Santri Tani Milenial.

Produktivitas Tanaman Hortikultura Menurun

Saat ini, kata Asep, produktivitas tanaman hortikultura menurun. Dirinya berpendapat salah satunya akibat ketergantungan terhadap pupuk kimia hingga tanah menjadi rusak.

Baca juga:  Lomba Inovasi Daerah, RSUD Pandega Pangandaran Raih Juara Pertama Kategori SKPD

“Iklim yang berubah juga jadi penyebab, ditambah ketersedian lahan yang menipis, maka solusi pertanian harus menerapkan hidroponik,” tuturnya.

Dirinya berharap, melalui bimbingan teknis yang digelar harus mengubah paradigma yang salah. Karena selama ini jadi petani dianggap profesi yang kurang menjanjikan.

“Padahal jika dilakukan pengolahan secara maksimal dan serius, maka hasil pertanian bisa jadi sumber kehidupan dan ekonomi,” ucapnya.

Asep menerangkan, kondisi saat ini petani di Indonesia masih menjadi buruh tani. Bukan usaha tani dan jeleknya petani bermental latah tanpa mengusai ilmu.

“Harusnya saat menanam ada perhitungan antara produksi dengan pemasaran. Untuk mewujudkan hal itu perlu ada sosialisasi dukungan teknologi pasca panen terhadap petani supaya ada peningkatan daya saing,” terangnya.

Baca juga:  Sejarah dan Budaya Kampung Adat Dukuh, Pangandaran

Asep meminta, kepada petani jangan manja, mentang-mentang mendapatkan bantuan asal beres laporan beres juga kegiatan tanpa ada kelanjutannya.

“Mari kembali hijaukan pekarangan rumah, karena saat ini terjadi kelangkaan tanaman obat. Melalui penghijauan pekarangan bisa jadi potensi bagi masyarakat pedesaan,” sebutnya.

Penulis/Editor: SMF/R002