Ilmuwan Prediksi Waktu Cahaya Matahari akan Memudar dan Padam

matahari
Ilmuwan prediksi waktu cahaya Matahari akan memudar dan padam. nasa/net

BERITA SAINS, ruber.id – Ilmuwan memiliki pemahaman yang baik tentang kapan cahaya Matahari pada akhirnya akan memudar dan padam.

Semua hal di dunia ini akan berakhir. Menurut model matematika dan astronomi selama beberapa dekade, hal ini termasuk Matahari. Jadi, kapan Matahari akan meledak dan padam?

Meski kematian akhir massa Matahari ukuran sedang kita adalah triliunan tahun di masa mendatang, ‘kehidupan’ Matahari dalam fase saat ini, yang dikenal sebagai urutan utama.

Di mana, fusi nuklir hidrogen memungkinkannya untuk memancarkan energi dan memberikan tekanan yang cukup.

Untuk menjaga bintang supaya tidak runtuh karena massanya sendiri, akan berakhir sekitar 5 miliar tahun dari sekarang.

Astrofisikawan Paola Testa mengatakan, Matahari berusia kurang dari 5 miliar tahun. Hal tersebut semacam bintang paruh baya, dalam arti bahwa hidupnya akan menjadi sekitar 10 miliar tahun atau lebih.

“Menurut NASA, setelah Matahari membakar sebagian besar hidrogen di intinya, dia (matahari) akan bertransisi ke fase berikutnya sebagai raksasa merah,” kata Testa di Center for Astrophysics.

Pada titik ini, kata Testa, kira-kira 5 miliar tahun di masa mendatang, Matahari akan berhenti menghasilkan panas melalui fusi nuklir. Intinya akan menjadi tidak stabil dan berkontraksi.

Baca juga:  Ledakan di Bintang Mirip Matahari Jadi Peringatan Bagi Bumi

Sedangkan bagian luar Matahari yang masih mengandung hidrogen akan memuai, bersinar merah saat mendingin.

Testa menuturkan, ekspansi ini secara bertahap akan menelan planet-planet tetangga Matahari, Merkurius dan Venus.

Dan mendorong angin Matahari ke titik di mana mereka menghancurkan medan magnet Bumi dan melepaskan atmosfernya.

“Tentu ini hampir pasti akan menjadi kiamat bagi kehidupan apa pun yang tersisa di planet kita pada saat itu. Dengan asumsi ada yang selamat dari peningkatan 10% kecerahan Matahari,” tuturnya.

Matahari akan Memakan Sisa-Sisa Batuan Bumi

Menurut sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Geophysical Research Letters, peningkatan 10% kecerahan Matahari ini diperkirakan akan menguapkan lautan Bumi dalam 1 miliar hingga 1,5 miliar tahun.

Dan berdasarkan studi tahun 2008 yang diterbitkan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, dalam beberapa juta tahun dari ekspansi awal ini, kemungkinan Matahari juga akan memakan sisa-sisa batuan Bumi.

Baca juga:  Kenali Lebih Dekat Klinik Mata di RSUD Pandega Pangandaran

Matahari kemudian akan mulai menggabungkan helium yang tersisa dari fusi hidrogen menjadi karbon dan oksigen, sebelum akhirnya runtuh ke intinya.

Yakni meninggalkan nebula planet yang indah (cangkang plasma panas yang tersisa) di lapisan luarnya saat menyusut menjadi ‘mayat’ bintang seukuran Bumi. Sangat padat, jauh lebih panas, yang dikenal sebagai katai putih.

Nebula akan terlihat hanya sekitar 10.000 tahun. Dari sana, apa yang tersisa dari Matahari akan menghabiskan triliunan tahun untuk mendingin sebelum akhirnya menjadi objek yang tidak lagi memancarkan cahaya.

Untuk sampai pada garis waktu ini, untuk Matahari dan semua bintang dengan massa relatifnya, para ilmuwan perlu mengetahui bagaimana ia memancarkan energi, yang sulit sebelum fusi nuklir dalam massa Matahari dapat diperhitungkan.

“Banyak ilmu pengetahuan yang relatif baru. Seperti di abad terakhir, karena bagian integral dari pemahaman bagaimana bintang bekerja berasal dari pemahaman reaksi nuklir dan fusi,” terang Testa, yang meneliti mekanisme pemanasan dan proses emisi sinar-X.

Baca juga:  Jaga Perairan Pangandaran, Petugas Gabungan Tingkatkan Patroli Laut

Cara Kerja Bintang Berevolusi

Sebelum tahun 1930-an, kata Testa, salah satu gagasan utama tentang bagaimana bintang bekerja adalah bahwa energi datang hanya dari energi gravitasi.

Setelah astronom dan astrofisikawan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang fusi, mereka dapat menghasilkan model yang lebih lengkap. Ditambah dengan data emisi yang diamati dari beberapa bintang.

“Dengan mengumpulkan banyak informasi berbeda dari banyak bintang yang berbeda, astronom dan astrofisikawan dapat membangun model tentang bagaimana bintang berevolusi,” sebutnya.

Hal tersebut seolah menjadikan tebakan yang agak tepat tentang berapa umur matahari.

Usia ini, sekitar 4,6 miliar hingga 4,7 miliar tahun, juga dikuatkan oleh penanggalan radioaktif dari meteorit tertua yang diketahui.

Yang terbentuk dari nebula surya yang sama, piringan gas dan debu yang berputar, yang memunculkan matahari dan benda-benda planet di sistem tata surya.

Berkat alat ini, para ilmuwan memiliki pemahaman yang baik tentang kapan cahaya Matahari pada akhirnya akan memudar dan padam.

Editor: R002

Sumber: detikcom